BABI
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Meningkatnya populasi manusia dan perluasan lahan kota dari perdesaan
bahkan lahan hutan lindung yang dijadikan lokasi perumahan dan lokasi industri
sehingga membuat luasan lahan untuk pertanian makin sempit dalam usaha budidaya
pertanian arti luas. Alternatif yang dapat dikembangkan untuk menciptakan area
tanam yang cukup maksimal adalah dengan memanfaatkan lahan sebaik-baiknya dan
dengan luasan yang sempit namun menghasilkan panen atau hasil yang kualitas dan
kuantitasnya mampu melebihi lahan-lahan produktif, salah satu tanah yang mampu
dikelola dan dikembangkan adalah tanah pasir di pinggiran pesisir pantai, yang
diduga mampu memberikan asupan hara yang cukup bagi tanaman jika di kelola
terlebih dahulu sebelum penanaman. Walaupun hasil-hasil penelitian, bahwa lahan
pesisi pantai miskin unsur hara, namun salah satu yang menjadikan lahan
pasir pantai untuk usaha pertanian
adalah Tanah pasir pantai memiliki satu kelebihan yang sangat kompleks dimana
lahan pasir pantai mendapatkan pencahayaan matahari yang kualitasnya lebih
tinggi dibandingkan lahan-lalah pada tanah yang produktif untuk pertanian,
sehingga dengan banyaknya pasokan cahaya matahari memungkinkan tanaman mampu
menghasilkan produksi yang baik dan menguntungkan bagi usaha pertanian.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah kesuburan tanah tentang peningkatan
produktifitas kesuburan tanah pada lahan pasir pantai adalah:
- Agar mahasiswa mengetahui upaya-upaya dalam usaha peningkatan peran
tanah pasir untuk lahan pertanian
- Agar mahasiswa mampu memanfaatkan lahan miskin hara menjadi lahan
yang banyak hara dengan cara atau metode aplikasi bahan-bahan tertentu ke
lahan yang miskin hara.
- Untuk memenuhi tugas kesuburan tanah
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian dan
kandungan hara tanah pasir
Tanah pasir merupakan suatu fraksi dalam tanah yang
memiliki struktur butiran-butiran kecil dengan konsistensi lepas, sangat
porous, sehingga daya sangga air dan sangga pupuk sangat rendah (Pusat
Penelitian Tanah dan Agroklimat, 1994). Lahan pasir pantai merupakan lahan
marjinal yang memiliki produktivitas rendah. Produktivitas lahan pasir pantai
yang rendah disebabkan oleh faktor pembatas yang berupa kemampuan memegang dan
menyimpan air rendah, infiltrasi dan evaporasi tinggi, kesuburan dan bahan
organik sangat rendah dan efisiensi penggunaan air rendah (Kertonegoro, 2001;
Al-Omran, et al., 2004). Produktivitas tanah dipengaruhi oleh kandungan
C organik, KPK, tekstur dan warna.
Menurut Syukur (2005) lahan pasir pantai memiliki kemampuan menyediakan
udara yang berlebihan, sehingga mempercepat pengeringan dan oksidasi bahan
organik. Namun lahan pasir pantai memiliki potensi yang besar untuk mendukung
pengembangan sektor agribisnis. Lahan pasir pantai memiliki beberapa kelebihan
untuk lahan pertanian yaitu luas, datar, jarang banjir, sinar matahari
melimpah, dan kedalaman air tanahnya dangkal (selain itu persiapan lahan pasir
pantai cukup sederhana hanya dengan membuat bedengan tidak dibuat parit-parit
yang dalam, sehingga akan terjadi efisiensi biaya dari pengolahan tanah.
Kandungan hara dalam tanah pasir adalah sebagia berikut:
No
|
Sifat-Sifat Tanah
|
Nilai dan Harkat
|
1.
|
Kadar air kering angin (%)
|
0,68
|
2.
|
pH (H2O)(1 : 2,5)
|
6,7 (netral)
|
3.
|
Daya Hantar Listrik (DHL)(mS)
|
0,20 (sangat rendah)
|
4.
|
Kadar C-organik tanah (%)
|
0,23 (sangat rendah)
|
5.
|
Bahan Organik Tanah (%)
|
0,40 (sangat rendah)
|
6.
|
N-total (%)
|
0,02 (sangat rendah)
|
7.
|
P-tersedia (ppm)
|
16,67 (tinggi)
|
8.
|
K-tersedia (me/100g)
|
0,03 (sangat rendah)
|
9.
|
Ca-tersedia (me/100g)
|
0,63 (sangat rendah)
|
10.
|
Na-tersedia (me/100 g)
|
0,29 (rendah)
|
11.
|
Mg-tersedia (me/100 g)
|
0,18 (sangat rendah)
|
12.
|
Kapasitas Pertukaran Kation
(KPK) (me/100 g)
|
3,81 (sangat rendah)
|
13.
|
Fraksi pasir (%)
|
98,5
|
14.
|
Fraksi debu (%)
|
1,5
|
15.
|
Fraksi lempung (%)
|
0,0
|
16.
|
Kelas tekstur tanah (USDA)
|
Pasir
|
(Sumber: Kertonegoro, dkk.
2007)
2.2 Permasalahan tanah pada
lahan pasir pantai
Sangat kompleks
permasalah pada tanah pasir, dimana pada tanah pasir tidak mampu menyimpan air
dalam jumlah besar, kandungan unsur hara yang rendah, koloidal tanah yang
rendah, pencucian unsur hara yang tinggi, tingkat erodibilitas yang tinggi dan
produktivitas lahan yang tidak mendukung bagi pertumbuhan tanaman dan tekstur
pasiran, struktur lepas-lepas, kemampuan menukar kation rendah, suhu tanah
disiang hari sangat tinggi, kecepatan angin dan laju evaporasi sangat tinggi
2.3 Upaya Peningkatan
Produktifitas Kesuburan Tanah Pada Lahan Pasir Pantai
Upaya dalam peningkatan produktifitas kesuburan tanah
pasir pantai untuk mengantisipasi permasalah yang sering ditemukan di lahan
tersebut, dapat dilakukan tindak pengolahan tanah pasir yang mengarah pada
pertanian berkelanjutan, yaitu:
Ø
Pemanfaatan Biocar
Alternatif yang sedang dikembangkan dalam dunia
pertanian yang ramah lingkungan adalah pemanfaatan biocar untuk peningkatan
produktifitas tanah pasir pantai. Menurut Wiyono (2009), biocar atau sisa-sisa
hasil panen dari tanaman dapat memperbaiki sifat-sifat tanah pada lahan pasir,
yang pada dasarnya memanfaatkan pembakaran hasil panen dimana akan menjadikan
hasil pembakaran tersebut menjadi arang. Pemanfaatan biocar dari pembuatan
arang ditujukan sebagai bahan penjerap yang mampu menaikkan daya simpan dan
lepas terhadap unsur hara dan lengas dalam tanah, salah satu biocar yang sedang
dikembangkan terbuat dari pembakaran batok kelapa.
Ø
Pemanfaatan Bahan Halus
Penggunaan bahan halus di lahan pasir pantai
dapat memanfaatkan tanah lempung, abu vulkanik, endapan saluran sungai atau
kolam waduk (lumpur). Penggunaan bahan halus bertujuan untuk meningkatkan
jumlah koloid dalam tanah, khususnya penambahan fraksi lempung. Peningkatan
jumlah bahan halus dalam tanah akan bermanfaat terhadap peningkatan hara dan
air pada lahan pasir pantai. Sehingga kaitannya dimana tanah pasir sulit untuk
mengikat air, dengan adanya penambahan bahan-bahan halus akan meningkatkan dya
ikat tanah pasir terhadap air, dampaknya akan meningkatkan unsur hara dalam
tanah, karena fraksi lempung yang akan memperbaiki fungsi kolid tanah dalam
melakukan pertukaran sifat-sifat kimia tanah.
Ø Pemanfaatan Penggunaan Pembenah Tanah
Bahan
pembenah tanah alami adalah emulsi aspal, lateks, skim lateks, kapur pertanian,
batuan fosfat alam, blotong, dan zeolit (Dariah, 2007), tanah lempung (Grumusol
dan Latosol) (Kertonegoro, 2000), lumpur sungai dan limbah karbit (Rajiman,
2010)
Tujuan penggunaan bahan
pembenah tanah adalah
v
Memperbaiki agregat tanah
v
Meningkatkan kapasitas tanah menahan air (water holding capacity)
v
Meningkatkan kapasitas pertukaran kation (KPK) tanah dan
v
Memperbaiki ketersediaan unsur hara tertentu.
Pemanfaatan
pembenah tanah harus memprioritaskan pada bahan-bahan yang murah, bersifat
insitu, dan terbarukan. Pada kesempatan ini, pembenah tanah yang akan
dibicarakan banyak menyangkut bahan alami. Pembenah tanah secara alami dapat
diambil dari lingkungan sekitar lahan atau dari daerah lain. Pembenah tanah
yang biasa digunakan di lahan pasir pantai berupa bahan berlempung dan atau
bahan organik.
Ø
Pemanfaatan Penggunaan Lapisan Kedap
Penggunaan lapisan kedap bertujuan untuk
menghalagi infiltrasi air, sehingga air lebih lama tertahan dalam tanah pasir
pantai. Laspisan kedap dapat memanfaatkan lembaran plastik, aspal, bitumen,
lempung, pemampatan, semen. Lapisan kedap dibuat dengan cara menggali tanah terlebih
dahulu kemudian lapisan dihamparkan,selanjutnya diatas lapisan kedap diberi
tanah.
Ø
Pemanfaatan Pemberian Bahan Organik
Bahan organik yang dapat diberikan di lahan
pasir pantai dapat berupa pupuk kandang (sapi, kambing/domba dan unggas),
kompos, pupuk hijau, dan blotong. Pemberian bahan organik dapat dilakukan
dengan cara mencampur bahan organik ke dalam tanah atau pemberian bahan organik
di permukaan tanah di sekitar tanaman. Bahan organik dapat diberikan ke lahan
dalam kondisi sudah matang atau mentah. Pemberian bahan organik dalam kondisi
mentah bertujuan untuk mengurangi pelindian, sehingga dekomposisi bahan organik
mentah akan terjadi sinkronisasi pelepasan hara dengan kebutuhan hara bagi
tanaman. Kebutuhan bahan organik pada lahan pasiran lebih banyak dari lahan
konvensional yaitu sekitar 15 – 20 ton. Penelitian menunjukkan bahwa pemberian
pupuk kandang sebanyak 20 ton dapat menekan penggunaan NPK menjadi 200 kg/ ha
(Putri, 2011).
Ø
Pemanfaatan Pemulsaan
Penggunaan mulsa pada permukaan tanah bertujuan
untuk mengurangi kehilangan air dari tanah. Mulsa permukaan tanah dapat
menggunakan lembaran plastik, jerami padi atau sisa-sisa tanaman lainnya.
Pemasangan mulsa plastik di lahan pasir pantai berbeda dari pemasangan mulsa di
lahan sawah. Pemasangan mulsa di lahan pasir dengan bentuk cekung ditengah.
Bentuk cekung bertujuan agar air hujan atau penyiraman masuk ke dalam tanah.
Penggunaan mulsa ini sangat penting dilahan pantai karena dapat menghemat
lengas tanah sehngga kebutuhan lengas untuk tanaman terutama pada musim kemarau
diharapkan dapat tercukupi. Dari hasil penelitian pemberian mulsa glerecidea
dan jerami padi sebanyak 20-30 ton dapat meningkatkan hasil pada tanaman jagung
di lahan pantai, selain itu pemberian mulsa berupa pangkasan tanaman ternyata
juga lebih efektif sebagai mulsa dibadingkan dengan pemerian pupuk hijau.
Ø
Penanaman Sistem Lorong
Alternatif lain dalam teknologi budidaya yang
dapat diterapkan untuk lahan pantai adalah sistem penanaman lorong (alley
cropping). Sistem penanaman lorong merupakan sistem penanaman dengan
menanam pohon-pohon kecil dan semak dalam jalur-jalur yang agak lebar dan
penanaman tanaman semusim di antara jalur-jalur tersebut sehingga membentuk
lorong-lorong. Tanaman lorong biasanya merupakan tanaman pupuk hijau atau legume
tree. Di lahan pantai, budidaya lorong diterapkan untuk mengatasi berbagai
permasalahan seperti: intensitas matahari, erosi permukaan oleh angin, dan laju
evapotranspirasi. Selain itu, dapat juga berfungsi sebagai pematah angin
sehingga mereduksi kecepatannya.
Ø
Pemanfaatan Penanaman Pemecah Angin
Penanaman pohon pada zona terdekat dengan
pantai (sempadan laut) perludilaksanakan serentak sepanjang kawasan pantai
(0-200 m). Pilih pohon perintis yang cepat besar, misalnya talok (kersen,
Muntingia calabura) atau trembesi (Albizia saman) untuk menghasilkan biomassa
sehingga kelak menjadi sumber bahan organik tanah, memperbaiki iklim mikro dan
mengatasi angin dari laut, konservasi air, menjaga diversitas biota tanah,
menjadi habitat burung, lebah dan kelelawar, dan wahana rekreasi. Pohon yang
baru ditanam tersebut perlu dirawat dan dibekali dengan pupuk dan air yang
cukup selama 2-3 tahun, perhatian penuh perlu diberikan pada saat tanam (musim
penghujan) dan musim kemarau berikutnya, banyak program penghijauan gagal pada
tahap ini. Setelah pohon perintis tumbuh dengan rindang, dapat diganti sebagian
dan secara bertahap dengan pohon lain yang lebih kuat dan bermanfaat misalnya
mahoni (Swietenia mahagony) atau jambu mete (Anacardium occidentale). Mikrobia yang
hidup pada wilayah perakaran (risosfer), mampu menambat N dari udara,
melarutkan P dan unsur hara lain dari mineral, serta mempercepat proses
pembentukan tanah sehingga media tersebut lebih sesuai untuk pertumbuhan
tanaman.
Ø
Pemanfaatan Air Irigasi dan Hidrologi
Ketersediaan air irigasi di lahan pantai yang
terbatas mengakibatkan perlunya upaya untuk meningkatkan efisiensi pemanfaatan
air irigasi sehingga dapat mengurangi pemborosan dalam penggunaan air irigasi.
Irigasi dilahan pantai selama ini dilakukan dengan cara penyiraman dan
penggunaan sumur renteng . Sedangkan untuk mengurangi kehilangan air siraman
dan mempertahankan lengas, salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan
penggunaan lembaran plastik yang ditanam pada jeluk 30 cm. Hal ini dimaksudkan
untuk menciptakan suatu lapisan kedap guna mencegah atau menghambat agar air
irigasi yang diberikan dapat ditahan oleh lapisan tersebut sehingga efisiensi
pemanfaatan air oleh tanaman dapat ditingkatkan. Dalam pengelolaan lahan pantai
selain harus menggunakan berbagai teknologi untuk memanipulasi lahan, kita juga
harus memperhatikan pula kelestarian lingkungan di lahan pantai, hal ini
dilakukan terutama terhadap sumber daya air tawar yang sangat penting bagi
pertanian lahan pantai. Jangan sampai menggunakan air tanah secara berlebihan
karena dapat menyebabkan intrusi air laut ke daratan, untuk itu manajemen untuk
mempertahankan kelengasan sangat penting terutama dalah hal untuk mengawetkan
keberadaan sumber air tawar di pantai. Selain itu dalam pelaksanaan pertanian
lahan pantai harus pula memperhatikan kehidupan sosial para warganya, jangan
sampai cara-cara budidaya yang ada bertentangan dengan adat istiadat warga
sekitarnya.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Lahan pasir
merupakan lahan marjinal yang memiliki produktivitas rendah. Produktivitas
lahan pasir pantai yang rendah disebabkan oleh faktor pembatas yang berupa
kemampuan memegang dan menyimpan air rendah, infiltrasi dan evaporasi tinggi,
kesuburan dan bahan organik sangat rendah dan efisiensi penggunaan air rendah
Upaya yang dapat meningkatkan produktifitas kesuburan
tanah pasir pada lahan pasir adalah pemanfaatan biocar, pemanfaatan bahan
halus, pemanfaatan penggunaan pembenah tanah, pemanfaatan penggunaan lapisan
kedap, pemanfaatan pemberian bahan organik, pemanfaatan pemulsaan, penanaman
sistem lorong, dan pemanfaatan air irigasi dan hidrologi.
3.2 Saran
Diupayakan dalam pemanfaatan lahan untuk pertanian harus
mengarah pada usaha pertanian berkelanjutan, karena dengan pertanian
berkelanjutan berdampak baik bagi sifat-sifat tanah dan pengaruhnya terhadap
tanaman, serta pemanfaatan lahan untuk pertanian harus maksimal dan menjadi
perhatian bersama.
DAFTAR PUSTAKA
Dahuri, R. 1996. Panduan
Pengelolaan Wilayah Pesisir Secara Terpadu. Pusat Penelitian Lingkungan Hidup.
Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Indriyanto, 2006. Ekologi
Hutan. PT. Bumi Aksara. Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar